Bursa Saham Asia Termasuk IHSG Terperosok Akibat Data Ekonomi Buruk
Pasar saham Indonesia mengalami pukulan telak pada hari Senin, 5 Agustus 2024, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas sebesar 3,4 persen. Penurunan ini membawa IHSG ke level 7.059,65 pada penutupan perdagangan, jauh di bawah level pembukaan di 7.308,12. Bahkan, pada titik terendahnya, IHSG sempat menyentuh level 6.998,81.
Berbagai faktor internal dan eksternal menjadi penyebab utama anjloknya IHSG. Salah satu faktor utama adalah lesunya data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur, baik secara global maupun di Indonesia.
"Bila kita melihat data-data manufacturing PMI, misalnya dari global maupun Indonesia khususnya, itu hasilnya di bawah 50. Berarti mulai terjadi kontraksi, padahal sebelumnya terjadi ekspansi," kata Nafan Aji Gusta Utama, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
Data S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 mengalami kontraksi menjadi 49,3, dari level 50,7 pada bulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia. Penurunan PMI manufaktur ini berdampak pada penurunan jumlah pesanan, output, dan penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur.
Faktor lain yang turut menekan pasar saham adalah dinamika non-farm payroll AS yang meningkat di bawah ekspektasi, serta tingkat pengangguran di AS yang naik menjadi 4,3 persen. Data ekonomi AS yang kurang menggembirakan ini menambah sentimen negatif di pasar saham global.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Yordania, juga menjadi faktor yang memperburuk situasi. Ketidakpastian geopolitik ini membuat investor semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Dari dalam negeri, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menjadi sentimen negatif. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2024 hanya 5,05 persen secara tahunan, turun dibandingkan kuartal I yang mencapai 5,11 persen.
Pelemahan pasar saham tidak hanya terjadi di Indonesia. Bursa saham Asia lainnya juga mengalami penurunan signifikan. Indeks Nikkei Jepang melemah 12,4 persen, Hang Seng Hong Kong melemah 1,46 persen, Shanghai Composite melemah 1,54 persen, dan Strait Times Singapura melemah 4,07 persen.
What's Your Reaction?