Intel Runtuh: PHK Massal, Saham Anjlok, dan Goncangan Industri Chip
Intel, salah satu raksasa teknologi terkemuka, mengalami pukulan telak pada Jumat lalu ketika sahamnya anjlok hingga 26%, mencapai titik terendah sejak 2013. Kejatuhan ini merupakan yang terburuk dalam 50 tahun terakhir dan menghapus lebih dari $30 miliar dari nilai pasar perusahaan dalam sehari. Kondisi ini dipicu oleh laporan keuangan kuartal terbaru yang sangat mengecewakan, di mana Intel melaporkan kerugian bersih sebesar $1,61 miliar, berbanding terbalik dengan laba bersih $1,48 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan per saham (EPS) yang disesuaikan juga jauh di bawah ekspektasi para analis, hanya mencapai 2 sen dibandingkan dengan perkiraan 10 sen. Kabar buruk ini semakin diperparah dengan keputusan Intel untuk tidak membayarkan dividen pada kuartal keempat tahun 2024 dan memangkas proyeksi belanja modal tahunannya lebih dari 20%.
Salah satu penyebab utama dari kinerja buruk Intel adalah keputusan mereka untuk mempercepat produksi chip Core Ultra yang didesain untuk menangani beban kerja kecerdasan buatan (AI). Namun, langkah ini justru membawa mereka ke dalam perang harga yang sengit dengan pesaing seperti AMD dan Qualcomm, yang telah lebih dulu memantapkan posisi mereka di pasar AI.
Intel merespons krisis ini dengan mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran, termasuk PHK lebih dari 15% dari total karyawannya. CEO Intel, Pat Gelsinger, menggambarkan langkah ini sebagai "restrukturisasi paling substansial sejak transisi mikroprosesor memori empat dekade lalu". PHK ini diperkirakan akan berdampak pada lebih dari 20.000 karyawan dan menjadi salah satu PHK terbesar dalam sejarah perusahaan teknologi.
Gejolak Intel ini mengirimkan sinyal negatif ke seluruh industri chip global. Saham perusahaan semikonduktor lainnya, seperti TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company) dan Samsung, juga ikut terseret turun. TSMC, sebagai produsen chip terbesar di dunia, mengalami penurunan sebesar 4,6%, sementara Samsung, produsen chip memori terbesar, turun lebih dari 4%.
Situasi ini semakin diperburuk dengan laporan bahwa Nvidia, produsen chip AI terkemuka, sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman AS terkait dugaan praktik monopoli. Meskipun Nvidia membantah tuduhan tersebut, berita ini menambah ketidakpastian dan kekhawatiran investor di sektor teknologi.
Efek domino dari kejatuhan Intel juga terasa di pasar saham Eropa, di mana saham perusahaan-perusahaan semikonduktor seperti ASML, STMicroelectronics, dan Infineon turut mengalami penurunan.
What's Your Reaction?