Bunga Spesial: Strategi Pahit Manis Perbankan Jaga Likuiditas
Di tengah ketatnya likuiditas perbankan, strategi memberikan bunga spesial kepada nasabah menjadi dilema tersendiri. Ibarat jamu pahit, strategi ini memang dapat menggenjot likuiditas, namun di sisi lain juga menambah beban operasional.
Nyoman Supartha, seorang profesional di industri perbankan, menekankan bahwa pemberian bunga spesial harus dipertimbangkan dengan matang. "Pemberian bunga spesial akan mempertimbangkan likuiditas yang dimiliki. Kalau dibutuhkan, baru dilakukan dengan memperhitungkan margin yang bisa didapat," ujarnya.
Senada dengan Mansu, Jasmin, seorang profesional perbankan lainnya, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya mulai mengurangi simpanan mahal dengan bunga spesial. Salah satu strateginya adalah dengan melakukan repricing terhadap nasabah dengan suku bunga tinggi ke rendah saat jatuh tempo. Selain itu, diversifikasi nasabah juga menjadi kunci. "Kami memiliki nasabah korporasi yang juga mendapat bunga deposito spesial. Namun, bunga tersebut diberikan sesuai kebutuhan nasabah korporasi yang memenuhi kriteria tertentu dan telah melalui penilaian," jelasnya.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon L.P. Napitupulu juga merasakan peningkatan permintaan bunga spesial seiring kenaikan suku bunga acuan. Fenomena ini, menurutnya, menjadi tantangan tersendiri karena berpotensi meningkatkan beban bunga. "Kenaikan suku bunga acuan ditambah dengan instrumen SRBI yang diterbitkan BI dengan imbal hasil mencapai 7% telah membuat nasabah-nasabah institusi meminta bunga spesial," ungkap Nixon.
Situasi ini menunjukkan bahwa ketatnya likuiditas perbankan menuntut strategi cermat dalam mengelola dana. Bunga spesial, meski menjadi solusi instan, perlu diimbangi dengan langkah-langkah strategis lainnya seperti diversifikasi nasabah dan repricing untuk menjaga keseimbangan antara likuiditas dan profitabilitas.
What's Your Reaction?